Jumat, 04 Januari 2013

Thermodinamik



SIKLUS IDEAL OTTO, DIESEL, KOMBINASI OTTO DAN DIESEL
A.      SIKLUS OTTO
  1. Langkah isap (0 → 1) merupakan proses tekanan konstan, tekanannya dibawah 1 atm, agar udara bias masuk.
  2. Langkah kompresi (1 → 2) merupakan proses isentropik
  3. Proses pembakanan pada volume konstan (2 → 3) adalah proses pemasukan kalor.
  4. Langkah kerja (3 → 4) merupakan proses isentropik
  5. Langkah pembuangan (4 → 1) dianggap sebagai proses pengeluaran kalor pada volume konstan.
  6. Langkah buang (1 → 0) terjadi pada tekanan konstan, tekananya di atas 1 atm agar udara bias keluar.











Proses pembakaran ini kurang efisien karena masih banyak bahan bakar yang terbuang 70%

B.       SIKLUS DIESEL

  1. Fluida kerja dianggap gas ideal
  2. Langkah isap (0 → 1) merupakan proses tekanan konstan.
  3. Langkah kompresi (1 → 2) merupakan proses isentropik
  4. Proses pembakanan pada tekanan konstan (2 → 3) adalah proses pemasukan kalor.
  5. Langkah kerja (3 → 4) merupakan proses isentropik
  6. Langkah pembuangan (4 → 1) dianggap sebagai proses pengeluaran kalor pada volume konstan.
  7. Langkah buang (1 → 0) terjadi pada tekanan konstan

  1. Fluida kerja dianggap gas ideal
  2. Langkah isap (0 → 1) merupakan proses tekanan konstan.
  3. Langkah kompresi (1 → 2) merupakan proses isentropik
  4. Proses pemasukan kalor pada volume konstan (2 → 3).
  5. Proses pemasukan kalor pada tekanan konstan (3 3a)
  6. Langkah kerja (3a → 4) merupakan proses isentropik
  7. Langkah pembuangan (4 → 1) dianggap sebagai proses pengeluaran kalor pada volume konstan.
  8. Langkah buang (1 → 0) terjadi pada tekanan konstan




q  Proses 0-1 (langkah isap)
            Pada langkah ini udara mengisi silinder yang bertambah       besar karena torak bergerak dari TMA TMB, dalam hal ini    seolah-olah udara melakukan kerja sebesar
            W0-1 = P0 (V1 – V0)      (positif, fluida melakukan kerja)
q  Proses 1-2 (langkah kompresi)
            Pada langkah kompresi dilakukan secara isentropik.
            Jadi Q = 0 dan ΔS = 0, sehingga kerja yang dilakukan
            W1-2 = - ΔU = U1 – U2 = m Cv (T1 – T2)        (negatif, fluida dikenai kerja)
q  Proses 2-3 (pemasukan kalor pada volume konstan)
            Pemasukan kalor setelah torak mencapai TMA (titik 2)
            Fluida kerja tidak melakukan atau dikenai kerja, sehingga
            W2-3 = 0
            Q2-3 = m Cv (T3 – T2)    (positif, pemasukan kalor)
q    Proses 3-3a (pemasukan kalor pada tekanan konstan)
            Pemasukan kalor tekanan konstan berlangsung setelah Temperatur kerja      mencapai T3.
            Volume fluida kerja berubah dari V3 – V3a,
            sehingga fluida kerja melakukan kerja sebesar:
            W3-3a = P3 (V3 – V3a) = P3a (V3 – V3a)        (positif, fluida melakukan kerja)
Sehingga jumlah pemasukan kalor     
            Q3-3a  = m Cv (T3a – T3) + W3-3a
                     = U3a – U3 + P3 (V3 – V3a)
                     = (U3a+V3a) – (U3 + P3 V3)
                     = H3a – H3 = m Cp (T3a – T3)            (positif, pemasukan kalor)              
q  Proses 3a-4 (langkah ekspansi atau langkah kerja)
             Pada langkah kerja berlangsung secara isentropik.   
             Jadi Q = 0 dan ΔS = 0, sehingga kerja yang dilakukan
              W3a-4 = ΔU = U3a – U4 = m Cv (T3a – T4)       
                                                (positif, fluida melakukan kerja)
Karena isentropik berlaku :
q  Proses 4-1 (langkah pembuangan kalor)
            Proses ini dilakukan pada volume konstant. Torak telah mencapai TMB.
            Karena V4 = V1  , sehingga besar kerja 4-1, W4-1 = 0
Jumlah kalor yang dibuang
            Q4-1 = -ΔU = U1 – U4 = m Cv (T1 – T4)          (negatif, pembuangan kalor)
q  Proses 1-0 (langkah buang)
            Torak bergerak dari TMB TMA
            Fluida kerja dikenai kerja, sebesar :
             W1-0 = P0 (V1 – V0)     (negatif, fluida kerja dikenai kerja)



Translate