Kamis, 01 Desember 2011

Efisiensi Energi BBM Menggunakan Air (Tetapi Belum Banyak Diaplikasikan) Oleh Teguh Santoso


 
Meningkatnya harga minyak mentah, secara langsung akan berdampak pada harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia. Masyarakat selalu resah apabila ada pengumuman dari pemerintah tentang kenaikan harga BBM. Sebab, dengan naiknya harga BBM akan mempengaruhi harga-harga pokok lainnya. Kondisi demikian akan membuat sebagian orang akan mencari bahan bakar alternatif selain minyak bumi, mulai dari yang sederhana sampai yang ekstrim. Bahkan, beragam alat pun bermunculan di pasaran.
Salah satu yang menarik perhatian adalah bahan bakar yang menggunakan air,  karena tersedianya air yang sangat melimpah. Meskipun teknologi ini telah lama ditemukan, tetapi masih banyak orang yang belum bisa mengaplikasikannya ke berbagai mesin, termasuk kendaraan yang berbahan bakar bensin. Meskipun air yang digunakan sebagai suplemen, tetapi hasilnya sangat memuaskan, bisa menghemat BBM mencapai 30%-80% (Urip Sudirman, 2009).

Penemuan BBM Air

Di Indonesia, Joko Suprapto ("ilmuwan" asal Nganjuk) menemukan "blue energy". Dia berhasil menciptakan bahan bakar dari air laut. BBM alternatif ciptaannya dipamerkan pada konferensi perubahan iklim di Nusa Dua Bali 2007. Di hadapan delegasi dari seluruh dunia, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan bangga menjulukinya sebagai "Pemenang dari Indonesia". Sementara itu Meneg Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar berani mengatakan Indonesia berhasil menemukan bahan bakar dari air. Perkataan itu dibantah oleh Reuters ’’Bali’s magic fuel’’
Belum usai kontroversi blue energy, kini muncul energi baru yang disebut dengan Banyugeni. Penemunya lima dosen sebuah perguruan tinggi swasta di Yogyakarta. Menurut situs resminya, banyugeni.com, bahan bakar alternatif ini bukan hanya bisa menghidupkan kendaraan bermotor, melainkan menyalakan kompor, lampu, dan petromaks.
Membuat bahan bakar menjadi air memang bukan hal mustahil. Dalam situs internet howstuffworks.com, menceritakan kisah seorang insinyur radio bernama John Kanzius secara tak sengaja menemukan bahan bakar dari air laut.  Pada temperatur tinggi, air laut bisa terbakar. Tahun 2003 dia didiagnosis terkena leukemia, dia menjalani terapi mengggunakan alat yang disebut radio frequency generator (RFG). Itulah alat yang memancarkan gelombang radio untuk membunuh kanker.
Seorang perawat menyatakan, alat itu bisa mengkondensasi air laut (pemisahan air dari garam). Dia tertarik mencoba menetesi tabung RFG dengan air laut. Tiba-tiba muncul percikan api. Kemudian dia mendekatkan tisu menggunakan reaksi pada tabung tersebut, ternyata bisa menyala. Semula banyak yang menduga, temuan Kanzius bohong belaka. Tetapi para ahli kimia dari Penn State University membenarkan temuan itu.
Air laut yang mengandung kadar garam tinggi bisa menginisiasi sumber api. Para ahli tak membantah, baik Aquygen maupun air laut pada percobaan Kanzius. Sejauh ini, hidrogen cair digunakan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) sebagai bahan bakar roket. Namun, tangki yang digunakan memiliki standar keamanan sangat tinggi.
Air merupakan senyawa kimia dengan rumus H2O, terdiri dari dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Secara normal air tidak akan bisa menjadi BBM, tetapi apabila senyawa kimia H2O dipisahkan menjadi H2 (Hidrogen), dan O2 (Oksigen) (Ir. Tabah Priangkoso 2010). Proses pemisahkan senyawa tesebut adalah elektrolisis, dan komponen terpenting dari elektrolisis yaitu elektroda dan larutan elektrolit. Proses ini membutuhkan dua kutub katoda (negatif), dan anoda (positif).

Cara Kerja Elektroliser

Alat yang digunakan dalam pemisahan senyawa air ini adalah elektroliser (electrolyzer). Dalam elektroliser, senyawa air akan dipecah menjadi gas HHO atau sering disebut brown gas. Elektroliser menghasilkan hidrogen dengan cara mengalirkan listrik pada media yang mengandung elektrolit. Medan magnet akan mengubah struktur atom H2 dan O2 pada air dari bentuk diatomik menjadi monoatomik. Ikatan neutron yang mengikat partikel H dan O akan terlepas, sehingga partikel H akan tertarik kutub positif dan O ke kutub negatif elektroliser (disosiasi)
Gelembung gas H dan O yang melekan pada “fin” akan bertambah, terlepas, mengambang, dan kemudian bergerak naik. Saat gelembung gas H dan O monoatomik terlepas dari permukaan air, partikel gas tersebut akan berikatan kembali ke ruang udara sebagai brow gas (gas HHO).
Brow gas merupakan bahan bakar yang kuat (powerfull), bersih, mampu meningkatkan jarak tempuh, dan mengurangi secara signifikan emisi gas buang. Brow gas ditarik ke intake manifold, sehingga becampur dengan rantai karbon dari bahan bakar. Melelui reaksi katalaik, brow gas mampu meningkatkan daya bahan bakar hingga 3,8 kali (Urip Sudirman 2009).

Keuntungan BBM Air

Dengan menggunakan elektroliser ini kita dapat beberapa keuntungan. Pertama, ramah lingkungan karena pembakarannya lebih sempurna sehingga tidak banyak mengeluarkan asap, (2) suara mesin lebih halus (3) temperatur mobil lebih stabil (4) minyak pelumas (oli) mesin tidak cepat hitam (5) menghemat 15%-37% bahan bakar (berdasarkan literatur). Namun berdasarkan percobaan gas HHO dapat menghemat sampai 80% (6) tenaga mesin meningkat, sebab nilai oktan gan hidrogen lebih tinggi (130), dibandingkan dengan premium (86), pertamax (90), pertamax plus (92) (7) gas HHO tidak merusak mesin, bahkan membuat mesin lebih awet, karena pembakarannya lebih sempurna.
Elektroliser akan bekerja menghasilkan gas HHO jika kunci kontak pada posisi ‘on, sebaliknya apabila dalam kondisi ‘off’ elektroliser tidak bekerja dan produksi gas HHO berhenti. Selama proses produksi gas HHO, larutan elektrolit yang terdapat di dalam tabung elektroliser lama kelamaan akan berubah warna menjadi coklat, itu sebabnya disebut dengan brown gas. Perubahan ini tidak ada efek sampingnya, justru perubahan warna inilah yang menandakan bahwa elektroliser bekerja dengan baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Translate